Kamis, 18 Oktober 2012

Tanda Kehamilan


Tanda – tanda Kehamilan dan
Pemeriksaan Diagnostik kehamilan

LAMA KEHAMILAN
            Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10 bulan (lunar months). Ibu termuda yang hamil dan melahirkan adalah Lina Medina berumur 4 tahun 8 bulan, ibu tertua yang hamil dan melahirkan berumur 52 tahun. Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) :
a)      Kehamilan triwulan I antara 0 – 12 minggu
b)      Kehamilan triwulan II antara 12 – 28 minggu
c)      Kehamilan triwulan III antara 28 – 40 minggu


TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN
1)      Tanda – tanda presumptif :
*   Amenorhea (tidak dapat haid)
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT), supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL), yang dapat dihitung dengan menggunakan Rumus Neagle : HPL = (hari pertama +7, bulan +3)
*   Mual dan muntah (nausea and vomiting)
Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Karena sering terjadi di pagi hari, disebut morning sickness (sakit pagi). Bila mual dan muntah terlalu sering disebut hiperemesis.
*   Mengidam (ingin makanan khusus)
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan – bulan triwulan pertama.

*   Tidak tahan suatu bau – bauan.
*   Pingsan
Bila berada pada tempat – tempat ramai yang sesak dan padat bisa pingsan.
*   Tidak ada selera makan (anoreksia)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.
*   Lelah (fatique)
*   Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.
*   Miksi sering.
Karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
*   Konstipasi / obstipasi
Karena tonus otot – otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.
*   Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra = grisea).
*   Epulis : hipertrofi dari papil gusi.
*   Pemekaran vena – vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

2)      Tanda – tanda kemungkinan hamil :
*   Perut membesar
*   Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim.
*   Tanda Hegar
*   Tanda Chadwick
*   Tanda Piscaseck
*   Kontraksi – kontraksi kecil uterus bila dirangsang = Braxton-Hicks
*   Teraba ballotement
*   Reaksi kehamilan positif

3)      Tanda pasti
*   Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian – bagian janin.
*   Denyut jantung janin :
1.      Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
2.      Dicatat dan di dengar dengan alat Doppler
3.      Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
4.      Dilihat pada ultrasonografi
*   Terlihat tulang – tulang janin dalam foto rontgen

DIAGNOSIS BANDING KEHAMILAN
           
            Suatu kehamilan kadang kala harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang dalam pemeriksaan meragukan :
(1)   Hamil palsu (pseudocyesis = kehamilan spuria)
Gejala dapat sama dengan kehamilan, seperti amenorhea, perut membesar, mual, muntah, air susu keluar, dan bahkan wanita ini merasakan gerakan janin. Namun pada pemeriksaan, uterus tidak membesar, tanda – tanda kehamilan lain dan reaksi kehamilan negatif.
(2)   Mioma uteri
Perut dan rahim membesar, namun pada perabaan, rahim terasa padat, kadang kala berbenjol – benjol. Tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda – tanda kehamilan lainnya.
(3)   Kista ovarii
Perut membesar bahkan makin bertambah besar, namun pada pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar biasa. Reaksi kehamilan negatif, tanda – tanda kehamilan lain negatif.
(4)   Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin
Pada pemasangan kateter keluar banyak air kencing.
(5)   Hematometra
Uterus membesar karena uterus terisi darah yang disebabkan himen inperforata, stenosis vagina atau serviks.





Tabel.
Diagnosis Banding Nullipara dan Multipara
NULLIPARA
MULTIPARA
1.       Perut tegang
2.       Pusat menonjol
3.       Rahim tegang
4.       Payudara tegang
5.       Labia mayor nampak bersatu
6.       Himen koyak pada beberapa tempat
7.       Vagina sempit dengan ruggae yang utuh
8.       Serviks licin, bulat, dan tidak dapat dilalui oleh satu ujung jari
9.       Perineum utuh dan baik
10.    Pembukaan serviks :
-   Serviks mendatar dulu, baru membuka
-   Pembukaan rata – rata 1 cm dalam 2 jam
11.    Bagian terbawah janin turun pada 4 – 6 minggu akhir kehamilan
12.    Persalinan hampir selalu dengan episiotomi
Perut longgar, perut gantung, banyak striae
Tidak begitu menonjol
Agak lunak
Kurang tegang dan tergantung, ada striae
Terbuka
Kurunkula himenalis
Lebih lebar, ruggae kurang menonjol

Bisa terbuka satu jari, kadang kala ada bekas robekan persalinan yang lalu
Bekas robekan atau bekas episiotomi

Mendatar sambil membuka hampir sekaligus

2 cm dalam 1 jam

Biasanya tidak terfiksir pada PAP sampai persalinan mulai
Tidak 

UJI HORMONAL KEHAMILAN
Uji kehamilan didasarkan pada adanya produksi korionik gonadotropin (HCG) oleh sel – sel sinsisiotrofoblas pada awal kehamilan. Hormon ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urin. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan diantara 30 – 60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60 – 70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100 – 130 hari.
Pemeriksaan kuantitatif HCG cukup bermakna bagi kehamilan. Kadar HCG yang rendah ditemui pada kehamilan ektopik dan abortus imminens. Kadar yang tinggi dapat dijumpai pada kehamilan majemuk, mola hidatidosa, atau korio karsinoma. Nilai kuantitatif dengan pemeriksaan radio immunoassay dapat membantu untuk menentukan usia kehamilan.
Aschheim dan Zondeck telah menggunakan uji kehamilan dengan penanda HCG sejak tahun 1920. Uji biologik ini menggunakan hewan (katak,tikus, keinci) yang kemudian disuntik dengan serum atau urin perempuan yang diduga hamil untuk melihat reaksi yang terjadi pada ovarium atau testis hewan percobaan tersebut. Prinsip uji biologik penanda HCG selanjutnya dikembangkan dengan cara mengambil antiserum HCG dari hewan yang telah memproduksi antibodi hasil stimulasi dengan HCG (protein dengan sifat antigenik). Bila urin diteteskan ke antiserum, maka terjadi mediasi aktivitas antiserum untuk bereaksi dengan partikel lateks yang dilapisi dengan HCG (latex particle agglunation inhibition test). Pada perempuan yang hamil, HCG di dalam urinnya akan menetralisasi antibodi dalam antiserum sehingga tidak terjadi reaksi aglutinasi. Pada perempuan yang tidak hamil, tidak terjadi netralisasi antibodi sehingga terjadi reaksi aglutinasi.
Karena HCG mempunyai struktur yang mirip dengna hormon luteinisasi (Luteinizating Hormone/LH), maka dapat terjadi reaksi silang masing – masing antibodi terhadap masing – masing hormon. Untuk menghindari hal terseβbut, maka dilakukan pembatasan terhadap sensitivitas jumlah maksimum atau internasional unit hormon yang akan diperiksa.
False negative uji imunologik kehamilan terjadi pada 2 % dari keseluruhan pengujian dan hal tersebut umumnya terjadi akibat pengujian yang terlalu dini (di bawah 6 minggu, di hitung dari hari pertama haid terakhir) atau terlalu lama (di atas 18 – 20 minggu kehamilan). False positive terjadi pada 5 % dari keseluruhan uji kehamilan dan hal ini umumnya terjadi pada perempuan dengan proteinuria yang masif, menjelang menopause (peningkatan hormon gonadotropin dan penurunan fungsi ovarium), dan reaksi silang hormon gonadotropin. Karena akurasi pemeriksaan HCG adalah 95 – 98 % dan tidak spesifik untuk kehamilan, maka uji hormonal kehamilan tidak digolongkan sebagai tanda pasti kehamilan.
Uji radioreceptorassay dan radioimmunoassay merupakan metode yang sangat sensitif untuk mendeteksi HCG jijka dibandingkan dengan uji kehamilan sebelumnya. Kedua metode ini membutuhkan peralatan canggih, mahal, dan tenaga analis terlatih. Pemeriksaan dengan radioreceptorassay juga bereaksi silang dengan hormon luteinisasi/ luteinizing hormone sehingga sensitivitas semata tidak dapat mengungguli uji radioimmunoassay.
Pemeriksaan spesimen darah dengan radioimmunoassay dapat dikhususkan untuk rantai glikoprotein subunit beta (β subunits) yang dianggap spesifik dengan kehamilan. Dengan metode ini, adanya HCG dapat dideteksi sejak 1 minggu setelah konsepsi. Pengujian iini dilengkapi dengan informasi tentang usia kehamilan dan tingkat sensitivitas yang dipakai oleh pembuat perangkat atau instrumen uji kehamilan. Walau cara pengujian ini dianggap sangat akurat tetapi tidak 100 % sempurna.
Metode terbaru pengujian HCG subunit β adalah Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Cara ini akan mengabsorbsi antibodi monoklonal HCG subunit β dengan hasil yang sangat sensitif, tingkat spesifitas yang tinggi dalam waktu yang relatif singkat, tidak membutuhkan biaya tinggi dan mudah dilakukan.    

Referensi
1.      Rustam, Mochtar. 1998. SINOPSIS OBSTETRI: OBSTETRI FISIOLOGI, OBSTETRI PATOLOGI. Jakarta : EGC
2.      Prawirohardjo, Sarwono. 2008. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : Bina Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar